Economy and Business

Sales, Profesi Yang Dipandang Sebelah Mata

Ketika saya dinyatakan lulus bulan Agustus tahun lalu, tibalah saatnya bagi saya untuk memasuki jenjang kehidupan selanjutnya, yaitu mencari penghidupan dan penghasilan sendiri. Caranyapun bisa bermacam-macam. Bisa lewat jalan wirausaha maupun jalan mencari nafkah di perusahaan orang lain baik itu perusahaan negara maupun swasta atau mendaftar sebagai pegawai negeri mungkin? Semuanya baik asalkan dilaksanakan dengan konsekuen.

Pada bulan September, saya mengikuti Job Fair di UI yang dihadiri banyak perusahaan yang sahamnya banyak dicari di Pasar Modal alias bluechip seperti Astra International, BRI, BNI, serta perusahaan-perusahaan lain seperti asuransi Manulife, Orang Tua dan Garuda Indonesia. Ketika berkeliling-keliling, teman saya mencoba mendaftar Astra International dan sayapun ikut mendaftar. Setelah mendaftar, saya kembali berkeliling di area job-fair. Ada sebuah perusahaan yang merupakan perusahaan agen dari Prudential. Setelah mengobrol dengan orang di stand-nya, tawarannya menarik juga. Apabila bisa terus berprestasi selama lima tahun, gaji Rp 100 juta perbulan bisa digenggam. Karena namanya masih nol pengalaman di dunia kerja, saya juga mencoba mendaftar ke perusahaan tersebut. Waktu tes perusahaan agen Prudential itu  tidak lama setelah Astra. hanya berselang satu atau dua minggu. Tapi ternyata tes saya di Astra gagal di interview HRD setelah lolos tahap psiko test yang menguras tenaga dan pikiran. Karena sebuah jawaban sekalimat, rusak susu sebelanga.

Pada awal interview, semua berjalan dengan lancar. Lancar sekali, bahkan saya merasa sang interviewer sangat tertarik dengan resume dan pengalaman organisasi saya. Tapi karena jawaban saya pada pertanyaan-pertanyaan di akhir interview, membuat minatnya terhadap saya langsung menurun drastis. Saat itu saya ditanya,”Cita-cita kamu apa?”

Yaaaah, namanya orang baru pertama kali interview, dengan polosnya saya memberikan jawaban terjujur yang saya punya,”saya mau jadi pengusaha!”

kemudian mbaknya langsung mengerenyitkan dahi dan wajahnya langsung berubah muram,”Berarti kamu hanya menjadikan Astra sebagai batu loncatan dong?”

Astaghfirullaaahhh…. Saya bagai di sambar petir di siang bolong kala itu. Akhirnya tenggat waktu dua minggu pengumuman yang menyatakan saya lolos tidak saya terima.

Kemudian saya menceritakan hal itu pada ibuku, bukan tentram didapat, malah angkara murka yang aku terima… Akhirnya aku menceritakannya pada kakakku, dan dia menyarankan kalau ada pertanyaan seperti itu lagi, jawab saja,”Pingin jadi manajer, lalu jadi Top Management!

Akhirnya aku gunakan strategi yang disarankan kakakku untuk interview keduaku di perusahaan agen prudential tadi. Dan ternyata berhasil! Saya diterima! Tapi ketika saya menceritakannya kepada ibu sayapun, ibu saya lagi-lagi tidak setuju. Alasannya karena cuman jadi agen, sayang!

Padahal ketika interview saya diceritakan bahwa orang nomer empat terkaya di Yogyakarta adalah agen Prudential dan Prudential sudah menciptakan banyak orang dengan penghasilan diatas 100juta/bulan! Siapa yang tidak pengen!?!?!? Tapi tidak baik melawan orang tua… Pamali…

Kalian mungkin bertanya, kenapa ada banyak sekali uang di perusahaan keuangan berwujud asuransi seperti Prudential? Namanya saja perusahaan keuangan. Produk mereka uang, yang dicari atau dihimpun dari masyarakat oleh mereka juga uang, yang ditawarkan ke masyarakat tentu saja uang lagi. Tidak mungkin perusahaan keuangan membuat mobil, itu namanya pabrik mobil. Kalau ikut membiayai pembuatan mobil itu mungkin. Saya akan membahas mengenai hal ini di artikel saya yang lain. Jadi ya bisa dimisalkan apabila satu orang membayar premi katakanlah Rp 300.000,00/bulan tapi kalau jumlah nasabah yang dipegang satu agen ada 10 berarti premi yang dia terima sudah Rp 3 juta/bulan. Coba bayangkan kalau nasabahnya ada 100? Dari mana perusahaan tersebut dapat untung? Yah, dari premi yang kita setor tentunya. Meskipun dari tampak luar sepertinya masyarakat menyimpan atau menabung dananya di bank atau perusahaan asuransi, tapi di mata para perusahaan keuangan, uang yang masuk yang dihimpun dari masyarakat tadi dihitung penerimaan untuk kemudian diputar lagi ke masyarakat dalam bentuk perlindungan kekayaan, pembiayaan kegiatan usaha, dan lain-lain. Nah, sekarang dari mana uang itu masuk? tentu saja berkat kerja keras salah satu bagian perusahaan yang dinamakan bagian pemasaran.

Struktur Organisasi Perusahaan Profit Oriented

Apabila kita melihat bagan diatas, ada empat fungsi umum yang terdapat pada perusahaan profit oriented dan dari keempat fungsi tadi, hanya bagian pemasaran yang memiliki fungsi untuk menciptakan penjualan dan penerimaan. Bagian lain meskipun sama-sama krusial tapi hanya menghabiskan dana perusahaan. Yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan keuangan adalah dengan melakukan penghematan.

Jadi memang tidak bisa kita pungkiri bahwa orang-orang yang duduk di bagian pemasaran harus memiliki mental yang kuat dan tangguh serta memiliki semangat pantang menyerah. Karena ibarat peperangan, mereka inilah ujung tombak perusahaan. Mereka inilah yang bertugas menciptakan strategi-strategi agar produk yang dijual bisa menguasai pasar dan menjadi market leader serta menciptakan banyak pelanggan setia. Bukan tugas yang ringan memang, tapi justru orang-orang top management bahkan presiden direktur sekalipun berasal dari bagian ini. Contohnya adalah Satoru Arai, President Director Sony Indonesia.

President Director Sony Indonesia – Satoru Arai
1989 Joining Sony Corporation Sales Officer
1991 Product Marketing-Home Video Officer
1994 Product Marketing-Home Video Assistant Manager
1998 Product Marketing-Camcorder Manager
1999 Sony GULF-Kuwait Country Manager
2000 Sony GULF-UAE, Dubai Area Manager
2003 Sony Marketing of Japan-Call Center Senior Manager
2003 Sony Marketing of Japan-Display Marketing Senior Manager
2006 Sony GULF-Tehran, Iran Country Manager
2010 Sony Indonesia President Director

Jadi bisa dilihat kan, Satoru Arai membutuhkan waktu kekitar 21 tahun untuk bisa duduk di kursi President Director. Tapi berbagai posisi yang dia dapatkan di posisi manager, senior manager, country manager pun berasal dari posisi awalnya sebagai sales officer! Hal inipun diamini oleh Ibu Mei salah satu HR consultant pada lembaga konsultan SDM yang bernama HUCLE di Semarang. Beliau mengatakan justru orang-orang yang ada di bidang marketing biasanya nanti akan menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan.

Sebagian besar orang tua merasa bangga kalau anaknya bisa bekerja di Bank daripada jadi agen asuransi. Karena penasaran, aku bertanya kepada teman-temanku yang kerja di Bank apa yang mereka kerjakan disana. Mereka mengatakan bahwa yang mereka lakukan selain mencari nasabah untuk menghimpun dana, di bagian marketing-pun mereka juga mencari debitur atau orang yang membutuhkan modal usaha untuk memulai usaha mereka. Merekapun di target untuk bisa memenuhi target kucuran hutang yang diberikan kepada para debitur. Dalam batinku, apa bedanya dengan agen asuransi atau sales? Sama saja kan garis besar job description-nya?

Tapi ya sekali lagi saya katakan, tidak baik melawan orang tua. Mereka pernah muda, tapi kita belum pernah tua, to?

9 thoughts on “Sales, Profesi Yang Dipandang Sebelah Mata

  1. informasi ini bnyk pelajaran yg bisa kita ambil,,,,,,tdk mudah jdi orang hebat tp kl kita yakin n mau jalni pasti trcpai juga,,,sukses buat kita smua

  2. waduh…kalo ingat masa masa susah dulu mau nangis aja baca ulasan masbro diatas… Buat adek adek sales atau apapun sebutan yg memakai pengertian sama, tetap berjuang dan kibarkan semangat 45… MERDEKA!!!

  3. Hanya yang bermental baja yang bisa mempertahankan profesi sebagai sales. Ulasan yang sangat menarik dan wajib dibaca bukan cuma bagi sales tapi juga para pengusaha pemula seperti saya. Thanks

Leave a reply to dimassuryo Cancel reply